Table Of Contents
Pertama:
Kami memohon kepada Allah untuk menolong kami, anda, dan seluruh umat Islam dalam mendidik anak-anak dengan cara yang dicintai dan diridhai Allah, dan semoga kita berjalan pada jalan yang dilalui oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa, dan semoga Allah memperbaiki seluruh keturunan kita semua.
Kedua:
Sifat-sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat makhluq
Anda harus memberikan pemahaman kepada putri anda, bahwa Allah Subhanahu wata’ala tidak ada bandingan dan tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang semisal dengan-Nya, dan Dia Maha mendengar dan Maha melihat, anda juga harus meyakinkan putri anda bahwa orang yang beriman percaya pada sifat-sifat Allah, akan tetapi sifat-sifat ini tidak mungkin bisa disamakan dengan sifat-sifat makhluk.
Anda juga harus menyampaikan kepada putri anda bahwa Allah ta’ala mampu melakukan apa yang manusia tidak mampu melakukannya, dan Allah ta’ala bisa mendengar dan melihat segala sesuatu, dan bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki, karena Dialah Sang Pencipta Yang Maha Agung.
Maka jika Allah memberi kabar tentang turun-Nya, maka setiap orang yang yang beriman akan meyakini bahwa Dia turun, akan tetapi turun-Nya tida seperti turunnya manusia, bahkan turun-Nya dengan cara yang kita tidak dapat mengetahuinya, dan tidak mungkin bagi manusia untuk dapat memahaminya.
Kedua:
Perbedaan antara tajalli dan nuzul
Anda harus menjelaskan kepada putri anda bahwa ada perbedaan antara tajalli dan nuzul
Tajalli adalah Nampak, artinya jelas terlihat
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنْ انظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنْ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكّاً وَخَرَّ مُوسَى صَعِقاً
الأعراف: 143
(dia (musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka, ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan). QS. Al-A’raf /143.
Rabi’ bin Anas berkata: (Maka, ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan), hal itu terjadi karena ketika gunung itu ketika dibukakan tirai dan melihat cahaya, gunung itupun menjadi hancur luluh. Sebagian ada yang mengatakan: hal itu membuatnya hancur luluh atau membuatnya hancur.
Tentang hal ini Mujahid berkata: tetapi lihatlah gunung ini, jika ia tetap ditempatnya maka kamu (musa) akan melihat-Ku, dan gunung itu diciptakan lebih besar dan lebih kuat dari kamu, dan ketika Tuhan menampakkan diri-Nya dan melihat kepada gunung itu, gunung tersebut tidak dapat mengendalikan dirinya, dan gunung itupun mendekat maka ia menjadi hancur luluh seketika, dan ketika musa melihat apa yang terjadi pada gunung itu maka ia seketika jatuh pingsan.
Ikrimah berkata: (gunung itu hancur luluh), ia mengatakan: “ketika Allah melihat pada gunung tersebut, gunung itupun hancur menjadi debu padang pasir”. Akhir kutipan dari “tafsir Ibnu Katsir” (3/471). Lihat juga “Tafsi at-Thabari” (13/97) dan selanjutnya.
Lihat juga: “Sifat-Sifat Allah ‘Azza Wa Jalla Al-Waridah Fil Kitab Wa As-Sunnah” karya alwi as-saqaf (92).
Sedangkan nuzul, maka kami meyakini bahwa Allah ta’ala setiap malam dari sepertiga malam terakhir turun ke langit dunia, sebagaimana disebutkan dalam berbagai riwayat hadis, dan turun-Nya adalah dengan cara yang sesuai dengan keagungan dan kesucian-Nya, kita tidak dapat membayangkan dan menggambarkannya, turun-Nya tidak bisa disamakan dengan turunnya makhluk yang bergeser dari satu tempat ke tampat lain, dan itu adalah sesuatu yang lebih tinggi, bahkan Dia turun ke langit dunia, dan dia berada di atas ‘arsy, dan diatas semua ciptaan-Nya, dan tidak ada sesuatupun diatas-Nya.
Dan ini berbeda dengan turunnya makhluk, dan tidak mungkin bagi seorang hamba untuk bisa membayangkannya, dan ia juga tidak berhak untuk ber-ilusi dan membayangkanya, karena Allah Subhanahu wata’ala tidak dapat dijangkau dengan ilusi dan difahami dengan pemahaman” sebagaimana firman-Nya:
وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا
(sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya), QS. Taha /110.
Lihat jawaban soal no. (12290), dan no. (20081).
Wallahu a’lam.