Hukum berjabat tangan dengan Wanita
Seorang lelaki yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak boleh menyentuhkan tangannya ke tangan wanita yang tidak halal baginya atau yang bukan muhrimnya, dan barang siapa yang melakukan hal itu makai a telah berbuat dzalim pada dirinya sendiri.
Dari Maqal bin Yasar, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لئن يطعن في رأس أحدكم بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له رواه الطبراني في "الكبير" (486)
والحديث: قال الألباني عنه في "صحيح الجامع" (5045): صحيح.
“Sesungguhnya andai kepala seseorang kalian ditusuk dengan jarum yang terbuat dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” HR. At-Thabrani dalam “al-Kabir” (486).
Hadis ini disebutkan sahih oleh Al-Albani dalam “Sahih Al-Jaami” (5045).
Hadis ini sendiri sudah cukup untuk melarang dan mewajibkan ketaatan sebagaimana Allah perintahkan kepada kita, melihat adanya fitnah dan kemaksiatan yang bisa timbul akibat menyentuh Wanita.
Dari Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Ketika para wanita mukmin berhijrah kepada Rasulullah (saw), mereka diuji dengan firman Allah subhanau wa ta’alah:
يا أيها النبي إذا جاءك المؤمنات يبايعنك على أن لا يشركن بالله شيئا ولا يسرقن ولا يزنين الممتحنة / 12، قالت عائشة: فمن أقر بهذا من المؤمنات فقد أقر بالمحنة، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أقررن بذلك من قولهن قال لهن رسول الله صلى الله عليه وسلم انطلقن فقد بايعتكن، ولا والله ما مست يد رسول الله صلى الله عليه وسلم يدَ امرأةٍ قط غير أنه يبايعهن بالكلام، قالت عائشة: والله ما أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم على النساء قط إلا بما أمره الله تعالى وما مست كف رسول الله صلى الله عليه وسلم كف امرأة قط وكان يقول لهن إذا أخذ عليهن قد بايعتكن كلاما رواه البخاري ومسلم.
(Wahai Nabi, apabila perempuan-perempuan mukmin datang kepadamu untuk mengadakan baiat (janji setia) bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina,) QS. Al-Mumtahanah /12. Aisyah berkata: “barang siapa diantara para wanita mukmin yang mengakui hal ini maka ia telah mengakui ujian tersebut, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Ketika mereka sudah berikrar dengan itu dengan ucapan mereka , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada mereka: “pergilah kalian, aku telah menerima baiat kalian, dan Demi Allah tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidah pernah sama sekali menyentuh tangan wanita, beliau hanya membaiat mereka dengan lisan,” Aisyah berkata: “‘Demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan semoga Allah memberinya kedamaian, tidak pernah mengambil baiat dari wanita kecuali dengan apa yang Allah Subhanahu wata’ala perintahkan kepadanya, dan tangan Rasulullah, shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita. Dan beliau akan berkata kepada mereka ketika mengambil baiat dari mereka: Aku telah memberikan baiatku kepadamu dengan lisan .” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari ‘Urwah bahwasanya Aisyah bercerita kepadanya tentang baiat para Wanita, ia berkata:
ما مس رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده امرأة قط إلا أن يأخذ عليها فإذا أخذ عليها فأعطته، قال: اذهبي فقد بايعتك رواه مسلم (1866).
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka. Ketika baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, "pergilah ! Aku telah membaiat kalian." (HR. Muslim no. 1866).
Ini adalah posisi Rasulullah Al-Ma’sum yang terbaik diantara seluruh umat manusia, pemimpin anak keturunan Adam pada hari kiamat tidak pernah menyentuh Wanita (bukan mahram), walaupun pada dasarnya dalam baiat adalah dengan berjabatan tangan , lalu bagaimana dengan lelaki lain selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari umaimah binti Rafiqah ia berkata:
إني لا أصافح النساء رواه النسائي (4181). وابن ماجه (2874). وصححه الألباني ” صحيح الجامع ” (2513
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “aku tidak berjabat tangan dengan Wanita” HR. An-Nasai (4181), dan Ibnu Majah (2847), dan digolongkan sahih Al-Albani dalam “Sahih Al-Jami” (2513).
Apakah boleh berjabat tangan dengan penghalang ?
Tidak boleh berjabat tangan (dengan Wanita) walaupun dengan penghalang kain atau semacamnya, hadis yang ada mengenai hal ini adalah hadis lemah (dhaif).
Dari Maqal bin Yasar:
أن النبي صلى الله عليه وسلم: كان يصافح النساء من تحت الثوب رواه الطبراني في الأوسط (2855
“bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berjabatan tangan dengan Wanita menggunkanan penghalang kain” HR. At-Thabrani dalam “Al-Ausath” (2855).
Al-Haitsami berkata: diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam “Al-Kabir” dan “Al-Ausath”, di dalam perawinya ada ‘Athab bin Harb, dia adalah perawi yang lemah “Mjam’u Az-Zawaid” (6/39).
Waliyuddin Al-Iraqi berkata: ucanpannya radhiyallahu ‘anha “beliau membaiat Wanita dengan lisan” artinya: tanpa menyentuh telapak tangan dan berjabatan tangan, dan ini adalah dalil yang menyatakan bahwa baiat laki-laki adalah dengan memegang tangan dan berjabatan disertai dengan baiat lisan dan demikianlah semestinya, dan apa yang disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah yang sudah diketahui umum”
Beberapa ahli tafsir yang mengatakan bahwa beliau shalllahu ‘alaihi wasallam meminta secangkir air, mencelupkan tangannya ke dalamnya, lalu mencelupkan tangan mereka ke dalamnya! Dan Sebagian dari mereka ada yang mengatakan: “beliau berjabatan tangan dengan wanita menggunkan penghalang berupa kain Qatar di tangannya! Ada juga yang mengatakan: bahwa Umar radhiyallallhu ‘anhu berjabat tangan dengan para wanita atas Namanya.
Tidak ada satupun dari itu semuanya yang benar, apalagi yang terakhir, bagaimana bisa Umar radhiyallahu ‘anhu melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang pasti terjaga (al-ma’sum) ? “Tharh At-Tatsrib” (7/45).
Syekh Bin Bazz rahimahullah berkata:
Yang paling terang adalah larangan mutlak dalam hal tersebut (menjabat tangan wanita menggunakan penghalang), mengikuti keumuman hadis yang mulia, yaitu sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam :”bahwa aku tidak berjabatan tangan dengan wanita” dan untuk menghindari dari terjerumus dalam perbuatan yang dilarang, (catatan tepi pada Kumpulan tulisan tentang “al-hijab wa as-sufur” (hlm. 69).
Hukum berjabatan tangan dengan wanita lanjut usia.
Demikian juga sama halnya berlaku untuk jabatan tangan dengan wanita lanjut usia, hukumnya adalah haram sebagaimana keumuman hadis dalam hal ini, dan Riwayat yang menyatakan kebolehan dalam hal ini riwayatnya lemah (dhaif).
Al-Zayla’i berkata: Pernyataannya, “Diriwayatkan bahwa Abu Bakar biasa berjabat tangan dengan wanita tua ,” Saya berkata: Ini juga aneh (gharib). “Nusb al-Rayah” (4/240).
Ibnu Hajar berkata: Saya belum menemukannya. “Al-Diraya fi Takhreej Ahadits Al-Hidayah” (2/225).
Pandangan imam empat madzhab dalam hal berjabatan tangan dengan wanita:
Berkaitan dengan pandangan-pandangan ulama empat madzhab dalam hal ini adalah sebagai berikut:
- Madzhab Hanafi
Ibnu Najm berkata: “seorang lelaki tidak boleh menyentuh wajah dan juga tanganya, meskipun dilakukan tanpa syahwat karena adanya larangan dan tidak adanya sesuatu yang darurat”, “al-Bahru ar-raiq” (8/219).
- Madzhab Maliki
Muhammad bin Ahmad (‘Alisy) berkata: “orang lelaki asing tidak boleh menyentuh wajah dan tangan wanita asing, untuk itu mereka tidak boleh saling berpegangan tangan tanpa penghalang, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membaiat wanita dengan menjabat tanganya , akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membaiatnya dengan lisan”, dalam Riwayat lain “tanganya tidak menyentuh tangan wanita, akan tetapi beliau membaiat mereka dengan lisan” “Manhu Al-Jalil Syarh Muhtasar Khalil” (1/223).
- Madzhab Syafii
An-Nawawi berkata: “tidak boleh menyentuh wanita dalam hal-hal tersebut” “al-Majmu’” (4/515)
Waliyuddin al-Iraqi berkata: “ dan dalam hal ini: bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sekalipun menyentuhkan tanganya ke tangan wanita selain istri-istrinya, dan yang dimilikinya, tidak dalam pembaiatan dan juga tidak dalam hal lainnya,
Dan jika beliau tidak melakukannya padahal beliau dalam keadaan terlindungi dan tidak ada keraguan padanya, maka orang lain lebih beralasan untuk itu. Dan jelas sekali bahwa beliau menahan diri dari hal itu karena hal itu diharamkan baginya, dan diperbolehkannya hal tersebut bukan merupakan salah satu keistimewaan beliau . Para ulama fikih dari sahabat kami dan yang lainnya berkata: Haram menyentuh wanita asing meskipun bukan auratnya, seperti wajah. Dan mereka berselisih tentang kebolehan melihat wanita ketika tidak ada hawa nafsu atau takut akan godaan, maka larangan menyentuh lebih tegas daripada larangan melihat. Dan tempat larangan itu adalah ketika tidak ada keharusan untuk itu. Jika itu adalah keharusan seperti pengobatan, mengeluarkan darah, bekam, cabut gigi, eyeliner, dan semacamnya, yang tidak dapat dilakukan oleh wanita mana pun, maka pria asing diperbolehkan untuk melakukannya karena adanya unsur kedaruratan. “Tarh al-Tatsrib” (7/45-46).
- Madzhab Hanbali
Ibnu Muflih berkata: ditanyakan kepada Abu Abdillah atau Imam Ahmad, tentang laki-laki yang berjabatan tangan dengan wanita, beliau berkata: “tidak”, dalam hal ini dia sangat ketat, saya bertanya bagaimana jika ia menjabat tanganya dengan penghalag pakaiannya? Beliau menjawab: “tidak”
Larangan ini juga merupakan pendapat yang diambil oleh Syekh Taqiyuddin, dan beliau menjelaskan bahwa menyentuh lebih tegas daripada melihat. “Al-Adab al-Syar’iyyah” (2/257).
Wallahu a’lam.