Setelah komite mempelajari pertanyaan (permohonan fatwa) tersebut, komite memberikan jawaban sebagai berikut :
Pertama, landasan keimanan yang karenanya Allah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para rasul-Nya (Taurat, Injil, dan Al-Qur’an), dan yang diserukan padanya oleh para rasul-Nya ‘Alaihimus Shalatu was Salam (Ibrahim, Musa, Isa, dan para nabi dan rasul lainnya) semuanya sama.
Para rasul pendahulu memberikan kabar gembira kepada penerusnya, dan para rasul penerusnya membenarkan pendahulunya, memberikan dukungan (penguatan) dan memberikan peringatan atas masalah itu, meskipun cabang-cabang ajarannya berbeda pada umumnya sesuai sesuai dengan tuntutan keadaan dan zaman serta kemaslahatan para hamba, sebagai bentuk hikmah dari Allah, keadilan, rahmat dan keutamaan dari-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَا غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ
“Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. Al-Baqarah : 285).
Allah berfirman,
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمۡ يُفَرِّقُواْ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّنۡهُمۡ أُوْلَٰٓئِكَ سَوۡفَ يُؤۡتِيهِمۡ أُجُورَهُمۡ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka (para rasul), kelak Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa' : 152).
Allah berfirman,
وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ النَّبِيّٖنَ لَمَآ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ قَالَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَخَذْتُمْ عَلٰى ذٰلِكُمْ اِصْرِيْ قَالُوْٓا اَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَا۠ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ * فَمَنْ تَوَلّٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ * اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ * قُلْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ * وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“(Ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, ‘Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu, lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’ Allah berfirman, ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?’ Mereka menjawab, ‘Kami mengakui.’ Allah berfirman, ‘Kalau begitu, bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.’ Siapa yang berpaling setelah itu, mereka itulah orang-orang fasik. Mengapa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal, hanya kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Kami beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub beserta anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, serta para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.’ Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran : 81-85).
Setelah menyebutkan dakwah kekasih-Nya Ibrahim dan para rasul yang bersamanya kepada tauhid, Allah berfirman,
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ۚفَاِنْ يَّكْفُرْ بِهَا هٰٓؤُلَاۤءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَّيْسُوْا بِهَا بِكٰفِرِيْنَ * اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْعٰلَمِيْنَ
“Mereka itulah orang-orang yang telah Kami anugerahi kitab, hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya. Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka, ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Aku tidak meminta imbalan kepadamu atasnya (menyampaikan Al-Qur’an).’ (Al-Qur’an) itu hanyalah peringatan untuk (umat) seluruh alam.” (QS. Al-An’am : 89-90).
Allah berfirman,
اِنَّ اَوْلَى النَّاسِ بِاِبْرٰهِيْمَ لَلَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ وَهٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاللّٰهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya, Nabi ini (Nabi Muhammad), dan orang-orang yang beriman. Allah adalah pelindung orang-orang mukmin.” (QS. Ali Imran : 68).
ثُمَّ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), ‘Ikutilah agama Ibrahim sebagai (sosok) yang hanif dan tidak termasuk orang-orang musyrik.’” (QS. An-Nahl : 123)
وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ
“(Ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang utusan Allah yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Nabi Muhammad).’” (QS. As-Shaff : 6).
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا
“Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al-Ma’idah : 48).
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda,
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَ الْآخِرَةِ ، لَيْسَ بَيْنِي وَ بَيْنَهُ نَبِيٌّ ، وَ الْأَنْبِيَاءُ أَوْلَادُ عَلَّاتٍ ؛ أُمَّهاتُهُمْ شَتَّى ، وَ دِينُهُمْ وَاحِدٌ (رواه البخاري ).
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Al-Bukhari).
Kedua, orang-orang Yahudi dan Nasrani memutarbalikkan firman Tuhan dari tempatnya yang semestinya, dan mengubah firman Tuhan yang tidak diucapkan kepada mereka, sehingga mengubah landasan agama mereka dan syariat-syariat Tuhan mereka. Seperti kata-kata orang Yahudi, “Uzair adalah putranya Tuhan,” dan pernyataan mereka bahwa Allah merasakan keletihan, dan dia menjadi lelah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari. Maka Dia beristirahat pada hari Sabat. Mereka mengklaim bahwa mereka menyalib Isa ‘Alaihis Salam dan membunuhnya. Di antaranya lagi mereka menghalalkan perburuan pada hari Sabat dengan suatu tipu daya, padahal Allah sudah mengharamkannya untuk mereka. Mereka membatalkan hukuman zina. Di antaranya juga mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya,” “Tangan Allah terbelenggu,” dan penyelewengan dan penggantian yang bersifat perkataan atau perbuatan lainnya yang mereka lakukan dengan sadar dan menuruti hawa nafsu.
Di antara penyelewengan dan pemutarbalikan fakta adalah klaim orang-orang Nasrani bahwasanya Isa ‘Alaihis Salam adalah anak Allah, Isa adalah tuhan selain Allah. Orang Nasrani juga membenarkan klaim orang Yahudi bahwa Orang Yahudi menyalib Isa ‘Alaihis Salam dan membunuhnya. Masing-masing golongan (Yahudi dan Nasrani) sama-sama mengklaim bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Begitu pengingkaran mereka terhadap Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan ajaran yang dibawanya. Kedengkian mereka terhadap Nabi Muhammad yang berasal dari diri mereka sendiri. Padahal Allah telah mengambil perjanjian pada diri mereka agar mereka beriman, membenarkan, menolong dan mengakui Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan masih banyak lagi skandal dan kontradiksi mereka.
Allah telah menyebutkan banyak sekali kebohongan, penyelewengan dan penggantian mereka terhadap akidah (keyakinan) dan syariat (hukum) yang diturunkan kepada mereka. Allah mengungkap skandal mereka dan mengcounter mereka dalam kitab suci-Nya. Allah berfirman,
فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ * وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗقُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, ‘Ini dari Allah,’ (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka, celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat. Mereka berkata, ‘Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.’ Katakanlah, ‘Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?’” (QS. Al-Baqarah : 79-80).
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.’ Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar.”’ (QS. Al-Baqarah : 111).
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ * قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
“Mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.’ Katakanlah, ‘(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.’ Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), ‘Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.’” (QS. Al-Baqarah : 135-136).
Allah berfirman,
وَاِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيْقًا يَّلْوٗنَ اَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتٰبِ لِتَحْسَبُوْهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya di antara mereka (Bani Israil) ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya (ketika membaca) Al-Kitab agar kamu menyangka (yang mereka baca) itu sebagian dari Al-Kitab. Padahal, itu bukan dari Al-Kitab. Mereka berkata, ‘Itu dari Allah.’ Padahal, itu bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran : 78).
Allah Ta’ala berfirman,
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَقَتْلِهِمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَّقَوْلِهِمْ قُلُوْبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللّٰهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا * وَّبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ * وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ * بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ وَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
“Maka, (Kami hukum mereka) karena mereka melanggar perjanjian itu, kafir terhadap keterangan-keterangan Allah, membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan mengatakan, ‘Hati kami tertutup.’ Sebenarnya Allah telah mengunci hati mereka karena kekufurannya. Maka, mereka tidak beriman kecuali hanya sebagian kecil (dari mereka). (Kami juga menghukum mereka) karena kekufuran mereka dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan palsu lagi sangat keji. (Kami menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa). Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka. (Jadi,) mereka tidak yakin telah membunuhnya. Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’ : 155-158).
Allah berfirman,
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَ
“Orang Yahudi dan orang Nasrani berkata, ‘Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.’ Katakanlah, ‘(Jika benar begitu,) mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Sebaliknya, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan.” (QS. Al-Ma’idah : 18).
Allah berfirman,
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ ۗقَاتَلَهُمُ اللّٰهُ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ * اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ
“Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair putra Allah,’ dan orang-orang Nasrani berkata, ‘Al-Masih putra Allah.’ Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rahib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allah serta (Nasrani mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam.” (QS. At-Taubah : 30-31).
Allah Ta’ala berfirman,
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Banyak di antara Ahlul kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah : 109).
Dan ayat-ayat lainnya yang tak keheranan tak henti-hentinya melihat fitnah, pertentangan, perilaku tercela dan skandal mereka. Tujuan dari ini semua adalah untuk menyebutkan contoh dari kondisi-kondisi mereka, agar dapat menberikan jawaban yang fundamental sebagai berikut.
Ketiga, dari uraian sebelumnya terlihat jelas bahwa asal muasal agama-agama yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah satu dan tidak memerlukan pendekatan apa pun. Juga menjadi jelas bahwa kaum Yahudi dan Nasrani memutarbalikkan dan mengubah apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, hingga agama-agama mereka menjadi palsu, dusta, kafir dan sesat. Oleh karena, itu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus kepada mereka dan kepada bangsa-bangsa lain pada umumnya, untuk menjelaskan dan mengungkapkan kebenaran yang mereka sembunyikan dan untuk mengoreksi akidah (keyakinan) dan hukum yang telah mereka rusak, serta untuk membimbing mereka dan kaum yang lain ke jalan yang benar.
Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ * يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Wahai Ahlul Kitab, sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk menjelaskan banyak hal dari (isi) kitab suci yang kamu sembunyikan dan membiarkan (tidak menjelaskan) banyak hal (pula). Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab suci yang jelas. Dengannya (kitab suci) Allah menunjukkan kepada orang yang mengikuti ridha-Nya jalan-jalan keselamatan, mengeluarkannya dari berbagai kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan kepadanya (satu) jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah : 15-16).
Allah berfirman,
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Wahai Ahlul Kitab, sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk memberi penjelasan setelah beberapa saat terhentinya (pengutusan) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan, ‘Tidak ada yang datang kepada kami, baik pembawa berita gembira maupun pemberi peringatan.’ Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ma’idah : 19).
Namun mereka menolak kebenaran dan berpaling darinya karena iri hati, permusuhan, dan kedengkian mereka sendiri setelah kebenaran menjadi jelas bagi mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Banyak di antara Ahlul kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah : 109).
Allah juga berfirman,
وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
“Setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka, laknat Allahlah terhadap orang-orang yang ingkar.” (QS. Al-Baqarah : 89).
Allah berfirman,
وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيْقٌ مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَۙ كِتٰبَ اللّٰهِ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ كَاَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Setelah datang kepada mereka Rasul (Nabi Muhammad) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung (tidak menggubrisnya) seakan-akan mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah : 101).
Allah juga berfirman,
لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُۙ * رَسُوْلٌ مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةً * فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ
“Orang-orang yang kufur dari golongan Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (kekufuran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Nabi Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran suci (Al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah : 1-3).
Bagaimana mungkin orang yang rasional (berakal), yang mengetahui keteguhan mereka dalam kebatilan dan kegigihan mereka dalam berbuat salah berdasarkan bukti yang nyata dan pengetahuan karena mengikuti rasa iri pada diri mereka sendiri dan mengikuti hawa nafsu mereka, dapat mengharapkan pemulihan hubungan antara mereka dan umat Islam yang benar ?
Allah Ta’ala berfirman,
اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلَامَ اللّٰهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهٗ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوْهُ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Maka, apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka agar percaya kepadamu, sedangkan segolongan mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahui(-nya) ?” (QS. Al-Baqarah : 75).
Allah juga berfirman,
اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّلَا تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ * وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰىوَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Nabi Muhammad) dengan hak sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Engkau tidak akan dimintai (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.” (QS. Al-Baqarah : 119-120).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
كَيْفَ يَهْدِى اللّٰهُ قَوْمًا كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ وَشَهِدُوْٓا اَنَّ الرَّسُوْلَ حَقٌّ وَّجَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
“Bagaimana (mungkin) Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kufur setelah mereka beriman dan mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Ali Imran : 86).
Sebaliknya, jika mereka tidak lebih keras dari saudara-saudara mereka yang musyrik dalam kekafiran dan permusuhan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, maka mereka sama saja.
Sungguh Allah Ta’ala telah berfirman,
فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِيْنَ * وَدُّوْا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُوْنَ
“Maka, janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak. Maka, mereka bersikap lunak (pula).” (QS. Al-Qalam : 8-9).
Allah juga berfirman,
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَ * لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ * وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ * وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ * وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُ * لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْن
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah. Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.’” (QS. Al-Kafirun : 1-6).
Sungguh, siapapun yang berbicara tentang menggabungkan atau mendekatkan Islam, Yahudi, dan Nasrani, ibarat orang yang berusaha keras menggabungkan dua hal yang kontradiktif; antara kebenaran dan kebatilan, kekafiran dan keimanan, maka tak lain dirinya seperti yang dikatakan dalam sebuah syair :
Hai orang yang menikahkan Tsurayya dengan Suhail.
Semoga Allah panjangkan usiamu, bagaimana mereka berdua bisa bertemu ?
Tsurayya adalah wanita Syam.
Sementara Suhail adalah lelaki Yaman.
Kemudian agama Yahudi dan Nasrani sudah dihapus (di-nasakh) oleh Allah dengan diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah mewajibkan seluruh penduduk bumi untuk mengikutinya baik itu Yahudi, Nasrani dan manusia lainnya. Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“(Yaitu,) orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka.288) Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung. Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain Dia, serta Yang menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) nabi ummi (tidak pandai baca tulis) yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.”’ (QS. Al-A’raf : 157-158).
Apabila mereka tetap pada agama mereka yang Mansukh (terhapus), maka hal itu merupakan sikap berpegang teguh pada kebatilan dan tidak beragama. Maka tidak boleh bagi kaum Muslimin untuk mendekatkan (konvergensi) agama dengan mereka, karena merupakan pengakuan terhadap kebatilan mereka dari satu sisi dan tertipu dengan orang-orang bodoh dari sisi yang lain. Seharusnya, kebatilan merekalah yang harus diungkap sebagaimana Allah mengungkap kebatilan mereka di dalam Al-Qur’an. Wallahu A’lam.
Keempat, jika ada yang bertanya, “Apakah mungkin terjadi gencatan senjata di antara orang-orang ini atau akankah ada kontrak perdamaian di antara mereka, untuk menghindari pertumpahan darah dan melindungi dari bencana perang, dan untuk memungkinkan orang melakukan perjalanan di muka bumi dan bekerja keras dalam hidup untuk mencari penghidupan, membangun dunia, menyerukan kebenaran, dan membimbing orang, menegakkan keadilan di tengah-tengah dunia ?” Sekiranya demikian, maka itu adalah pernyataan yang masuk akal, dan usaha untuk mencapainya adalah suatu ikhtiar yang berhasil, dan niat untuk mencapainya adalah niat yang mulia. Karena potensinya, dan dampaknya yang besar. Namun pada saat inilah tidak memungkinkan untuk menerima jizyah, sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam surah At-Taubah,
قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَلَا يُحَرِّمُوْنَ مَا حَرَّمَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَلَا يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حَتّٰى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَّدٍ وَّهُمْ صٰغِرُوْنَ
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tidak mengharamkan (menjauhi) apa yang telah diharamkan (oleh) Allah dan Rasul-Nya, dan tidak mengikuti agama yang hak (Islam), yaitu orang-orang yang telah diberikan Kitab (Yahudi dan Nasrani) hingga mereka membayar jizyah dengan patuh dan mereka tunduk.” (QS. At-Taubah : 29), dengan tetap menjaga terpenuhinya kebenaran (hak) dan memenangkan yang hak.
Hal ini tidak dengan cara umat Islam berdamai dengan kaum musyrik, atau melepaskan sebagian dari hukum Allah, atau sebagian dari kemuliaan martabat dan merendahkan diri mereka, melainkan dengan tetap menjaga harga diri mereka dan berpegang pada Kitab Tuhan mereka dan Sunah Nabi mereka, dan membenci musuh-musuh Allah dan tidak loyal kepada mereka, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan meladani Rasul yang mulia.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“(Akan tetapi,) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal : 61).
Allah Ta’ala juga berfirman,
فَلَا تَهِنُوْا وَتَدْعُوْٓا اِلَى السَّلْمِۖ وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَۗ وَاللّٰهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَّتِرَكُمْ اَعْمَالَكُمْ
“Maka, janganlah kamu lemah dan mengajak berdamai (saat bertemu dengan musuhmu), padahal kamulah yang paling unggul. Allah besertamu dan tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad : 35).
Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menjelaskan hal ini secara praktis, dan beliau mewujudkannya bersama kaum Quraisy pada peristiwa Hudaibiyah, dengan kaum Yahudi di Madinah sebelum Perang Khandaq, pada Perang Khaibar, dan dengan kaum Nasrani Romawi pada Pertempuran Tabuk. Hal ini memberikan dampak yang besar dan hasil yang gemilang dalam hal keamanan dan keselamatan jiwa, mendukung kebenaran dan memberdayakannya di muka bumi, orang-orang berbondong-bondong memeluk agama Allah, dan setiap orang beralih bekerja dalam hidup demi agama dan dunianya. Kemakmuran, kesejahteraan, kekuatan kekuasaan, penyebaran Islam dan perdamaian di dalam sejarah dan realitas kehidupan merupakan bukti yang paling kuat dan saksi yang paling benar terhadap hal itu, bagi orang yang adil terhadap dirinya sendiri, mau mendengarkan, mengatur suasana hati dan pemikirannya, bebas dari fanatisme dan kemunafikan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan. Allah-lah yang membimbing ke jalan yang benar. Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.