Kamis 18 Ramadhan 1445 - 28 Maret 2024
Indonesian

Alam Ini Baru Setelah Sebelumnya Tidak Ada

Pertanyaan

Apakah ucapan tersebut benar ?, apakah berbahaya dari sisi akidah ?, sebagaimana diketahui bahwa dua bait ini matan dari Zubad bin Ruslan:

فاقطع يقيناً بالفؤاد واجزمِ بحدث العالم بعد العدمِ أحدثه لا لاحتياجه الإلهُ ولو أراد تركه لما ابتداهُ

“Maka yakinlah dengan hati dan pastikan bahwa alam ini baru setelah tidak ada, diadakan tidak untuk keperluan Tuhan, kalau saja Dia ingin meninggalkannya maka Dia tidak akan memulainya”.

Berilah fatwa kepada kami semoga anda mendapatkan pahala.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Kedua bait di atas maknanya benar, tidak ada yang perlu dihawatirkan, keduanya mencakup tiga hal:

Pertama:

Bahwa alam ini baru diciptakan setelah sebelumnya tidak ada, inilah kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya, semua selain Allah adalah makhluk, ada setelah sebelumnya tidak ada, sebagaimana firman Allah:

 اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

الزمر/62

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”. (QS. Az Zumar: 62)

Syeikh Islam –rahimahullah- berkata:

“Adapun terkait dengan makhluk tidak ada sebelumnya kecuali dari Sang Pencipta maka hal ini benar adanya, kemudian semua yang ada Dia (Allah) yang menciptakan, yang mengatur, dan sebagai pemiliknya, tidak terjadi sesuatu kecuali atas kekuasaan, kehendak dan penciptaan-Nya, Dia-lah Pencita segala sesuatu –subhanahu wa ta’ala-“. (Majmu’ Al Fatawa: 2/27)

Beliau juga berkata:

“Maka apa yang telah diketahui oleh para pemikir dari kalangan ahli filsafat dan yang lainnya dan bisa diterima oleh akal adalah sebagai penguat dan penolong apa yang dibawa oleh Rasul terhadap siapa saja yang telah melakukan bid’ah pada agamanya dengan menyelisihi ucapannya. Dan apa yang telah diketahui di dalam syari’at dan bisa diterima oleh akal, menolak apa yang diucapkan oleh para ahli filsafat yang menyatakan akan azalinya sebagian alam bersama Allah, bahkan pendapat yang menyatakan bahwa alam ini sudah ada sejak dahulu (azali) adalah pendapat yang disepakati oleh jumhur para pemikir akan kebatilannya, tidak hanya yang beragama saja yang membatalkannya, bahkan semua agama-agama dan jumhur selain mereka dari kalangan majusi dan kelompok orang-orang musyrik lainnya, orang-orang musyrik Arab, India dan lain sebagainya, termasuk jumhur legenda filsafat, mereka semua meyakini bahwa alam ini baru (diciptakan), menjadi ada setelah sebelumnya tidak ada, bahkan sebagian besar mereka mengakui bahwa Allah Sang Pencipta segala sesuatu, orang-orang musyrik Arab semuanya mereka mengakui bahwa Allah Sang Pencipta segala sesuatu, dan alam semuanya ini adalah makhluk dan Allah sebagai Pencipta dan Pemeliharanya”. (Majmu’ Fatawa: 5/565)

Kedua:

Bahwa Allah Ta’ala menciptakan alam ini bukan untuk kebutuhan diri-Nya, hal ini benar adanya tidak ada keraguan di dalamnya, karena Allah subhanahu Maha Kaya dan selain-Nya adalah fakir membutuhkan-Nya, sebagaimana firman Allah:

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

 فاطر/15

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (QS. Fathir: 15)

Syeikh Ibnu as Sa’di –rahimahullah- berkata di dalam tafsirnya (687):

“Allah berbicara kepada semua manusia, mengabarkan kepada mereka tentang keadaan dan sifat mereka, dan bahwa mereka adalah membutuhkan Allah pada semua sisi:

Mereka membutuhkan untuk diwujudkan; kalau saja Allah tidak menjadikan berwujud maka mereka tidak akan ada wujudnya.

Mereka membutuhkan untuk dipersiapkan menjadi kuat fisik dan anggota tubuhnya, kalau saja Allah tidak mempersiakan hal itu; maka mereka tidak akan siap untuk melakukan aktifitas apapun.

Mereka membutuhkan untuk memalingkan kemurkaan dari mereka, mencegah apa yang membahayakan mereka, menghilangkan kesedihan dan musibah; kalau saja bukan karena Allah yang menjaga mereka, membebaskan mereka dari masalah, memecahkan kesulitan mereka, maka kesulitan dan musibah akan terus mereka alami.

Mereka membutuhkan kepada-Nya untuk mendidik dengan semua macam pendidikan dan berbagi macam pemeliharaan.

Mereka membutuhkan kepada-Nya untuk menuhankan-Nya, mencintai-Nya, beribadah kepada-Nya, ikhlas beribadah karena-Nya; kalau saja mereka tidak diberikan petunjuk hal itu, maka mereka akan hancur, ruh, hati dan keadaan mereka juga akan rusak.

Mereka membutuhkan Allah untuk mengajarkan kepada mereka apa yang mereka tidak ketahui, dan aktifitas mereka yang membawa maslahat bagi mereka sendiri; kalau saja bukan karena pengajaran Allah mereka tidak akan belajar dan kalau bukan karena petunjuk-Nya, mereka tidak akan menjadi baik.

Mereka membutuhkan Allah dengan seluruh makna dan pelajaran, baik mereka merasakan sebagian kefakiran tersebut atau tidak merasakannya, akan tetapi mereka yang mendapatkan petunjuk yang masih melihat kefakirannya pada semua kondisi baik dalam urusan agama dan dunianya, tunduk kepada-Nya, memohon kepada-Nya agar tidak di bebankan kepada dirinya sedikitpun, dan agar Allah menolongnya pada semua urusannya, membawa kandungan makna ini pada setiap waktu, maka hal ini lebih mendatangkan pertolongan yang sempurna dari Rabb-nya Yang lebih penyayang dari seorang ibu kepada anaknya.

وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Maksudnya adalah bagi-Nya kekayaan yang sempurna dari semua sisi, tidak membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya, hal itu karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya, semua sifat-sifat tersebut tersebut adalah sifat yang sempurna dan agung.

Termasuk ke-mahakayaan Allah Ta’ala dengan menjadikan makhluknya menjadi kaya di dunia dan di akhirat, Yang Maha Terpuji pada Dzatnya, Nama-nama-Nya karena semuanya baik, dan sifat-sifat-Nya karena Maha Tinggi, dan semua perbuatan-Nya karena merupakan karunia dan kebaikan, keadilan, hikmah dan kasih sayang, dan di dalam perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, Dia-lah Yang Maha terpuji apa yang ada di dalam diri-Nya, dan apa yang berasal dari-Nya, Dia juga Maha terpuji pada kekayaan-Nya, dan Maha Kaya pada pujian-Nya.

At Thahawi –rahimahullah- berkata di dalam aqidahnya yang terkenal:

“Karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan segala sesuatu membutuhkan-Nya, dan semua hal mudah bagi-Nya, Dia tidak membutuhkan apapun, tidak ada yang serupa dengan-Nya, Dia-lah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”.

Ketiga:

Maksud dari ucapannya: “Kalau saja ia ingin meninggalkannya, tidak lah ia memulainya”, yaitu bahwa Allah melakukan berdasarkan pilihan, tidak mewajibkan sebagaimana yang diucapkan oleh orang-orang filsafat, kalau Dia berkehendak Dia tidak akan menciptakan alam ini, akan tetapi Dia menciptakannya dengan kehendak dan pilihan-Nya, hal ini adalah kebenaran yang ada dalilnya, sebagaimana firman-Nya:

فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

البروج/16

“Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al Buruj: 16)

Dan firman-Nya:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ

القصص/68

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya”. (QS. Al Qashash: 68)

Wallahu A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam