Jum'ah 10 Syawal 1445 - 19 April 2024
Indonesian

Hukumnya Menjuluki Pemain Teladan Dengan Kata: God dan Godlike

Pertanyaan

Sudah menjadi viral pada beberapa hari ini permainan online barat yang bertumpu pada persaingan di antara para pemain, jika ada pemain lainnya yang kalah maka di layar akan muncul kalimat bahwa fulan telah mengalahkan fulan, akan tetapi masalahnya di sini adalah bahwa pada saat ia mengalahkan banyak pemain, maka akan muncul kata dengan bahasa inggris: “Bahwa fulan ini Godlike” saya ingin minta penjelasan arti dari kata “Godlike” ?, apakah boleh mengucapkannya atau sering disebut di antara para pemain, karena saya melihat sebagian pemain dengan kata “God” atau “Godlike” ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Tidak boleh menyebut pemain yang pandai dengan kata “God” karena artinya adalah Tuhan atau Allah. Juga tidak boleh dengan kalimat “Godlike” karena artinya adalah Tuhanku.

Apa yang muncul di dalam game seperti yang anda sebutkan, menguatkan keinginan mereka untuk makna tersebut bahwa menjadikannya seprti Tuhan sebagai pemenang dan penguasa.

Sebagaimana diketahui bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada serupa, tidak ada mirip, tidak ada persis dengan-Nya, selain diri-Nya termasuk makhluk tidak ada sisi ketuhanan pada dirinya tidak serupa sama sekali dengan Tuhan.

Perbuatan ini merupakan perbuatan orang-orang musyrik sejak lama, mereka menjadikan ketuhanan sesuai dengan apa yang mereka cintai dan mereka agungkan.

Ar Raghib Al Ashfahani –rahimahullah- berkata:

“Dan kata Tuhan, mereka menjadikannya nama bagi setiap yang mereka sembah, seperti Al Laata, mereka menamakan matahari sebagai Tuhan karena mereka menjadikannya sesembahannya”.

Kata “Aliha, fulan ya’lau Aalihah artinya adalah mengabdi, disebut juga dengan ta’allaha, maka Tuhan dalam hal ini berarti yang disembah”. (Al Mufradaat: 83)

Maka berhati-hatilah dalam penggunaan kata tersebut, karena sebuah kata biasa jadi akan menyeret pengucapnya kepada neraka yang lebih jauh dari ufuk timur dan barat.

Imam Bukhori (6478) dan Muslim (2988) telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa beliau telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

 إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ 

“Sungguh seorang hamba telah berkata dengan ucapan yang diridhoi oleh Allah yang tidak terlintas di dalam fikiran, maka Allah akan mengangkatnya beberapa derajat, dan sungguh seorang hamba jika mengucapkan kata yang mengandung murka Allah yang tidak terlintas di dalam fikiran, maka akan mengantarkannya kepada Jahanam”.

Imam Bukhori (6477) dan Muslim (2988) telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa beliau telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ 

“Sungguh seorang hamba jika berucap dengan ucapan, yang tidak jelas, maka ia akan tergelincir ke dalam neraka lebih jauh dari pada ufuk timur”.

Dan di dalam riwayat Tirmidzi (2319) dan Ibnu Majah (3969) dari Bilal bin Harits Al Muzani sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ ، مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ ، فَيَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ. 

وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ ، مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ ؛ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ

  وصححه الألباني في "صحيح الترمذي

“Sungguh salah seorang dari kalian jika berucap dengan ucapan yang mengandung ridho Allah, ia tidak mengira akan sampai seperti itu, maka Allah akan mencatatnya baginya keridhoan-Nya sampai hari pertemuan kelak.

Dan sungguh salah seorang dari kalian jika berucap dengan ucapan yang mengandung murka Allah, ia tidak mengira akan sampai seperti itu, maka Allah akan mencatatnya baginya kemurkaan-Nya sampai hari pertemuan kelak”.  (Dishahihkan oleh Albani di dalam Shahih Tirmidzi)

Wallahu A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam