Selasa 7 Syawal 1445 - 16 April 2024
Indonesian

Hidayah Itu di Tangan Allah

Pertanyaan

Bagaimana caranya kita menggabungkan antara firman Allah Ta’ala:

إنك لا تهدي من أحببت

“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi,”. (QS. Al Qashash: 56)

Dan antara firman-Nya:

وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم

“Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus,”. (QS. As Syura: 52)

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Allah telah menciptakan manusia dan membekalinya dengan akal, dan karenanya Dia telah menurunkan dan mengutus para Rasul dan mengajaknya kepada kebenaran dan memberikan peringatan akan kebatilan, kemudian membiarkannya untuk memilih apa yang Dia inginkan:

وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر  

الكهف/29

“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.””. (QS. Al Kahfi: 29)

Dan Allah telah memerintahkan Rasul-Nya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menjelaskan kebenaran kepada manusia seluruhnya, dan mereka memiliki pilihan dengan apa yang mereka inginkan, maka barangsiapa yang taat maka ia akan memberi manfaat bagi dirinya dan barangsiapa yang bermaksiat maka ia membahayakan dirinya, sebagaimana firman-Nya:

قل يا أيها الناس قد جاءكم الحق من ربكم فمن اهتدى فإنما يهتدي لنفسه ومن ضل فإنما يضل عليها وما أنا عليكم بوكيل

يونس/108

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa mendapat petunjuk, maka sebenarnya (petunjuk itu) untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa sesat, sesungguhnya kesesatannya itu (mencelakakan) dirinya sendiri. Dan Aku bukanlah pemelihara dirimu.”. (QS. Yunus: 108)

Islam adalah agama fitrah, agama akal dan pikiran, dan Allah telah menjelaskan kebenaran dari kebatilan, memerintahkan setiap kebaikan dan memperingatkan dari setiap keburukan, menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk. Tidak ada paksaan dalam agama; karena kebaikan atau kerusakan akan kembali kepada makhluk bukan kepada Sang Khalik, Allah Ta’ala berfirman:

لا إكراه في الدين قد تبين الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى

 البقرة/256

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat”. (QS. Al Baqarah: 256)

Dan Dia –Subhanahu- berfirman:

من عمل صالحاً فلنفسه ومن أساء فعليها وما ربك بظلام للعبيد

فصلت/46 .

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya)”. (QS. Fushsilat: 46)

Dan hidayah itu di tangan Allah, jika Dia mau maka Dia akan memberikan hidayah kepada semua manusia, karena Dia –Subhanahu- tidak ada sesuatu apapun di bumi dan juga di langit yang mampu melemahkan-Nya, dan tidaklah pada kerajaan-Nya berjalan kecuali sesuai dengan yang Dia inginkan:

قل فلله الحجة البالغة فلو شاء لهداكم أجمعين

الأنعام/149

“Katakanlah (Muhammad), “Alasan yang kuat hanya pada Allah. Maka kalau Dia menghendaki, niscaya kamu semua mendapat petunjuk.”. (QS. Al An’am: 149)

Namun hikmah-Nya menghendaki bahwa Dia menciptakan kita dalam kedaaan memilih, dan menurunkan hidayah dan pembeda kepada kita. Maka barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka ia akan masuk surga, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka akan masuk neraka, sebagaimana firman-Nya –Subhanahu-:

قد جاءكم بصائر من ربكم فمن أبصر فلنفسه ومن عمي فعليها وما أنا عليكم بحفيظ

الأنعام/104

“Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu. Barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi. Dan aku (Muhammad) bukanlah penjaga-(mu)”. (QS. Al An’am: 104)

Dan tidaklah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- memiliki hidayah sama sekali, akan tetapi beliau dan umat Islam kewajibannya adalah menyampaikan dan menunjukkan kepada hidayah, dan tidak mamaksakan kepadanya, sebagaimana firman-Nya kepada Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

ولو شاء ربك لآمن من في الأرض كلهم جميعاً أفأنت تكره الناس حتى يكونوا مؤمنين

يونس/99 .

“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”. (QS. Yunus: 99)

Dan Dia –Subhanahu- berfirman:

وما على الرسول إلا البلاغ المبين

العنكبوت/18

“Dan kewajiban rasul itu hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan jelas.”. (QS. Al Ankabut: 18)

Hidayah kepada kebenaran berada di tangan Allah semata, tidak ada seseorang pun manusia mempunyai bagian padanya, sebagimana firman-Nya kepada Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء

القصص/56

“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki”. (QS. Al Qashas: 56

Dan Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki, dan Dia –Subhanahu- telah mengabarkan kepada kita bahwa Dia akan memberikan hidayah kepada siapa saja yang mentaati-Nya dan mendekat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:

والذين اهتدوا زادهم هدىً وآتاهم تقواهم

محمد/17

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka”. (QS. Muhammad: 17)

Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah, dan berpaling dari-Nya, maka Allah tidak memberikan hidayah kepadanya, sebagaimana firman-Nya –Subhanahu- :

إن الله لا يهدي من هو كاذب كفار

الزمر/3 .

“Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar”. (QS. Az Zumar: 3)

Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu, Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang terjadi dan yang akan terjadi, dan Allah telah mengetahui orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir juga prilaku mereka semuanya, dan tempat kembali mereka di akhirat, semua itu telah tertulis di Lauhil Mahfudz, sebaimana firman-Nya –Subanahu-:

وكل شيء أحصيناه كتاباً

النبأ/29 .

“Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu Kitab (buku catatan amalan manusia)”. (QS. An Naba’: 29)

Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan memilih dan telah menciptakannya berpeluang untuk dua perbuatan; keimanan atau kekufuran, sebagaimana dalam firman-Nya:

إنا هديناه السبيل إما شاكراً وإما كفوراً

الإنسان/3 .

“Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur”. (QS. Al Insan: 3)

Manusia bisa memilih pada ranah akal saja. Jika dia telah kehilangan akal yang dengannya dia bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara kebenaran dan kebatilan, maka beban syari’at (taklif) menjadi tidak berlaku baginya dan catatan amal pun berhenti. Karena syari’at Islam tidak berlaku bagi orang gila sampai dia sadar, dan pada anak kecil  sampai usia baligh dan pada orang tidur sampai bangun. Tidak ada beban (syari’at) pada salah seorang dari mereka sampai dia berakal yang dengannya dia dapat membedakan antara iman dan kekufuran, kebenaran dan kebatilan, dan seterusnya.

Ke arah mana saja jiwa mengarah, maka ada pahala dan siksa, jika ia taat maka baginya surga:

قد أفلح من زكاها

الشمس/9

“sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)”. (QS. As Syams: 9)

Dan jika dia bermaksiat maka baginya neraka:

وقد خاب من دساها

الشمس/10

“dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”. (QS. As Syams: 10)

Mengarah pada salah satu dari dua jalan ini adalah tempatnya hisab/perhitungan di sisi Allah Tuhan semesta alam, dan dengan ini akan menjadi jelas bahwa keimanan, kekufuran, ketaatan, dan kemaksiatan pilihan seorang hamba, dan Allah telah menjadikan pahala dan siksa atas pilihan ini:

من عمل صالحاً فلنفسه ومن أساء فعليها وما ربك بظلام للعبيد

فصلت/46 .

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya)”. (QS. Fusshilat: 46)

Maka barangsiapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan menginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka hendaklah dia masuk Islam dan barangsiapa yang tidak menginginkannya dan ridha dengan dunia dari pada akhirat, dan tidak masuk Islam, tempat kembalinya adala Jahannam. Maka manfaat dan bahaya itu berasal dari dirinya, dan tidak ada paksaan pada salah satu dari keduanya, sebagaimana dalam firman-Nya:

إن هذه تذكرة فمن شاء اتخذ إلى ربه سبيلاً

الإنسان/29 .

“Sungguh, (ayat-ayat) ini adalah peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) tentu dia mengambil jalan menuju kepada Tuhannya”. (QS. Al Insan: 29)

Refrensi: Dari kitab ‘Usulud Din Al-Islami karangan Syekh Muhammad bin Ibrohim At-Tuwaijiri